Tantangan
autistik dewasa dalam menghadapi kemandirian hidup adalah di dunia kerja.
Dewasa dengan sindrom autistik atau asperger masih dapat memiliki kemampuan
untuk berinteraksi seperti biasa dan dapat bekerja. Sayangnya, masih belum
banyak sektor negeri dan swasta di wilayah manapun yang bisa mengadopsi
kemampuan keterampilan mereka. Ada beberapa hal yang bisa kita renungkan untuk
dapat menempatkan mereka dalam dunia kerja dan juga berprestasi.
Pertama. Sisi hambatan dan
tantangan.
Tantangan
bagi penyandang ASD adalah tidak berminatnya para perusahaan mengambil para
penyandang yang dianggap cacat sebagai pekerja perusahaan mereka. Bahkan di
Amerika saja, seperti yang dikutip oleh Ami Taubenfeld dari Itineris, sebuah
LSM di Baltimore, masih banyak perusahaan atau para pengusaha yang memiliki stigma tentang mempekerjakan penyandang cacat, termasuk untuk memberikan kesempatan kerja kepada orang dewasa ASD. Pikiran dan mental seperti ini sebaiknya berubah
seiring waktu. Sebuah perusahaan di Denmark, Specialisterne yang dimiliki oleh Thorkil Sonne berhasil
mempekerjakan berhasil mempekerjakan dewasa ASD peralihan dari sekolah ke
tempat kerja di beberapa sektor. Menurut Sonne, umumnya mereka memiliki memori
yang baik, perhatian terhadap detail, mengenal
pola pekerjaan dan bekerja secara terstruktur,
bahkan dianggap setia dengan pekerjaan.
Kedua. Transisi dari sekolah menuju
kesiapan kerja.
Dr Scott Standifer
seorang profesor klinis dari sekolah kesehatan pada the University of Missouri, Columbia mengatakan bahwa
kurangnya kesadaran sumber daya
kerja, perencanaan individu dikombinasikan dengan diskriminasi terhadap mereka yang cacat
merupakan faktor yang mencegah orang dewasa ASD memiliki jenjang karir yang sukses.
Ketika berbenturan dengan rutinitas, tanggung jawab dan harapan akan berbeda
antara waktu mereka disekolah dan menuju dunia kerja. Jadwal, rutinitas,
tanggung jawab berbeda akan membuat mereka bisa terpuruk jika tidak cepat
diatasi. Ketika mereka masih di SMA, ada baiknya sudah membicarakan tentang karir
yang menarik bagi diri mereka, bekerja paruh waktu sebagai pendahuluan.
Ketiga. Ketika
mencari pekerjaan.
Dewasa
ASD dapat mengikuti program misalnya mengikuti program rehabilitasi kejuruan
yang dapat membuat mereka dapat berlatih wawancara kerja, karena proses ini
saja bisa sangat membuat dewasa ASD down.
Hal ini penting karena mereka akan menghadapi pengusaha yang dapat saja tipe
nya berbeda dengan tipe waktu ditempat kerja sebelumnya.
Keempat. Dukungan ditempat kerja. Walaupun misalnya mereka sudah mendapatkan
pekerjaan, tetap saja mereka boleh jadi kurang mendapatkan dukungan. Dr. Standifer
menunjukkan bahwa orang dewasa dengan ASD memerlukan petunjuk konkret/jelas tentang tugas-tugas mereka dari manajer atau atasan. Sonne juga menambahkan petunjuk jelas ini tidak termasuk didalamnya
ironi/sarkasme, karena bisa diserap begitu saja dengan mudah.
iancommunity