Pages

Search This Blog

Friday, March 18, 2016

Keseringan bersama smartphone bikin depresi?



Sebaiknya, kita tidak terlalu banyak berinteraksi dengan smartphone. Terlalu ketergantungan dengan smartphone dapat mengarah pada kecemasan dan depresi. Sebuah penelitian dari University of Illinois at Urbana-Champaign terhadap 300 mahasiswa yang menggunakan teknologi, ternyata beresiko lebih berat pada kecemasan dan depresi, terutama bagi kalangan mahasiswa yang menggunakannya sebagai pengalih masalah untuk menghindari berurusan dengan pengalaman yang tidak menyenangkan atau perasaan.

Perangkat dengan banyak aplikasi yang banyak menghadirkan hiburan dan selalu ada secara konstan di kehidupan keseharian di ujung jari, membuat lebih mudah untuk terputus dari masalah dan tekanan realitas, selain juga menghindari keterlibatan terlalu dalam dengan masalah tersebut. Namun seiring waktu berjalan situasi atau perasaan yang tidak nyaman dapat timbul menjadi menjadi pola eskapis perilaku an dan dapat membuat orang lebih rentan terhadap stres karena tidak cukup latihan emosional.
Keterikatan dan hubungan emosi sebab akibat efeknya belum dapat dijelaskan dengan rinci, namun mungkin saja orang yang cemas atau depresi menggunakan smartphone lebih intensif. Atau yang menggunakan perangkat yang lebih intensif akhirnya dapat mengarah pada pengembangan kecemasan/depresi. Mirip sebuah siklus.
Satu catatan bahwa ponsel digunakan hampir pada 5 milyar penduduk dan internet digunakan sekitar 3 milyar penduduk dunia. Untuk menjelajahi bagaimana kebiasaan smartphone berhubungan dengan kesehatan mental, para penulis melakukan studi dua bagian. Pertama, mereka mengevaluasi respon kuesioner tentang penggunaan teknologi dan emosi  yang diselesaikan oleh 318 mahasiswa. Kemudian, untuk menguji penggunaan ponsel dalam situasi stres, tim meminta 72 mahasiswa untuk menghabiskan lima menit menulis tentang sebuah kelemahan pribadi  yang membuat mereka tidak nyaman. Tulisan-tulisan kecemasan dikumpulkan, di bawah premis palsu bahwa tulisan itu akan ditinjau sebagai bagian dari training psikologi 10 menit.
Sementara  ketika ulasan sedang berlangsung, sepertiga  peserta yang tidak memiliki akses ke teknologi apapun; sepertiga lainnya memiliki akses hanya untuk ponsel; sedangkan sepertiga sisanya hanya memiliki akses ke game komputer sederhana. Mereka yang diizinkan untuk menggunakan ponsel memiliki tingkat kecemasan terendah. Sekitar 64 %  lebih mungkin untuk tidak mengalami kecemasan dibandingkan mereka yang tidak memiliki akses teknologi. Di antara mereka dalam kelompok ponsel yang mengalami  kecemasan, 82% menggunakan ponsel mereka pada masa tunggu. Sebagai perbandingan, hanya sekitar setengah dari peserta game yang cemas dengan bermain game komputer sepanjang waktu.
Jika pada posisi terbalik, di antara mereka yang memiliki akses ponsel yang tidak merasa cemas, hanya sekitar setengah berpaling ke ponsel mereka melalui masa tunggu. Lalu hanya seperempat yang bermain game bebas kecemasan bermain game keseluruhan. Para peneliti menyimpulkan bahwa ponsel menjadi sebagai semacam "selimut keamanan" dengan "kemampuan menghibur yang unik." Namun, disimpulkan juga, efek ini lemah.
Peneliti menyarankan bahwa mengandalkan ponsel untuk mengurangi kecemasan mungkin berakhir meremehkan pengembangan keterampilan koping/mengatasi yang lebih efektif. Semua tergantung pada tujuan pemakainya yang pada akhirnya akan menentukan konsekuensi negatif penggunaannya.
Orang bisa saja menggunakan teknologi untuk mencerminkan kondisi dasar dirinya, namun bukan berarti selalu dalam kondisi negatif. Perlu ada sebab musabab lagi lebih jauh dalam penentuan ini.

health

Cara Alami Supaya Kadar Glutathione Tetap Tinggi

Glutathione, antioksidan yang terdapat di dalam tubuh, tugasnya menurunkan radikal bebas yang menyebabkan stres oksidatif, merusak sel tu...