Ada
hubungan antara depresi pada orang tua dengan kejadian demensia,
apakah depresi akan memicu demensia atau demensia memicu depresi, hal
ini masih menjadi penelitian lanjutan. Sebuah studi baru yang
diterbitkan secara online pada 30 Juli di jurnal Neurology
yang masih membutuhkan pembahasan lebih lanjut.
Para
peneliti melaporkan bahwa depresi merupakan faktor risiko demensia
dan orang-orang dengan lebih banyak gejala depresi cenderung
mengalami penurunan berpikir dan memori keterampilan lebih cepat.
Sementara penelitian menemukan hubungan antara keduanya bukan
membuktikan hubungan sebab-akibat. Depresi menyumbang sekitar 4,4%
penurunan mental yang tidak dapat dikaitkan dengan demensia-kerusakan
yang ditemukan di otak.
Menurut
Robert Wilson, ahli neuropsikologi di the Rush Alzheimer’s Disease
Center pada Rush University hal ini merupakan faktor resiko yang
sebaiknya diperhatikan dan mengobati depresi dapat mengurangi risiko
demensia pada orang tua. Penelitian ini melibatkan lebih dari 1.700
orang, dengan usia rata-rata 77tahun yang tidak memiliki memori
masalah pada saat penelitian akan berlangsung. Peserta disaring
setiap tahun untuk memantau gejala depresi, seperti kesepian dan
kurangnya nafsu makan dan melakukan tes untuk pikiran dan memori
keterampilan mereka untuk rata-rata delapan tahun.
Selama
studi, sekitar setengah dari peserta mengalami masalah ringan pada
memori dan kemampuan berpikir kritis yang sering muncul sebagai
gejala pendahulu penyakit Alzheimer. Sebanyak 315 orang, atau 18
persen berpotensi demensia. Sebanyak 680 orang meninggal selama
penelitian dan otopsi yang dilakukan pada 582 dari mereka untuk
mencari plak dan kisut di otak yang merupakan tanda-tanda demensia
dan tanda-tanda lain kerusakan di otak. Para peneliti menemukan bahwa
tingkat depresi tinggi sebelum diagnosis demensia terkait dengan
penurunan lebih drastis dalam berpikir dan keterampilan memori di
kemudian hari. Di sisi lain, timbulnya demensia tampaknya tidak
dikaitkan dengan peningkatan depresi, bahkan, sebaliknya.
Menurut
Wilson, orang yang sedang terkena demensia cenderung mengalami
depresi ringan saja dibandingkan yang sudah terkena demensia. Ketika
seseorang kehilangan kemampuan berfikir dan memorinya, justru akan
lebih sulit depresi dan dalam keadaan depresi. Depresi tergantung
pada kontinuitas tertentu pengalaman yang menjadi gangguan saat
demensia berkembang. Hal ini sebenarnya bisa dicermati pada orang
yang disayang jika terjebak dalam demensia. Namun, para peneliti
tidak menemukan hubungan antara depresi dan demensia terkait
kerusakan di otak. Hal ini bisa berarti bahwa mengobati depresi hanya
akan mencegah sebagian dari penurunan pikiran dan memori yang terjadi
dengan usia .
Adanya
depresi selama dalam hidup seseorang dapat ditunda berkembang
penurunan mental yang datang dengan penuaan seperti misalnya dengan
olahraga atau pola makan benar. Jika depresi ditangani maka juga
akan membantu penurunan beberapa yang menyebabkan depresi.
Penelitian
susulan yang lebih diutamakan kedepannya mencakup bagaimana tepatnya
depresi mempengaruhi demensia seseorang. Maka dari itu diperlukan
identifikasi dan struktur otak yang berkaitan dengan depresi usia tua
dan jelas hubungannya dengan demensia. Hal ini diperlukan untuk
mengetahui perawatan depresi seperti apa yang tepat.
Newshealth