Daridulu kita tahu kalau garam atau natrium menjadi biang keladi
penyakit hipertensi/darangtinggi. Ternyata pemikiran ini ada baiknya
kita geser juga kepada gula dan olahannya. Pengurangan konsumsi gula
atau gula olahan juga khususnya makanan olahan berdampak pada penurunan
hipertensi dan penyakit kardiometabolik. Tidak hanya garam, gula juga
bisa berperan penting dalam peningkatan hipertensi berhubungan dengan
makanan olahan.
Stusi ini dikaji ulang dan dipublikasikan dalam epidemiological and experimental studies di Open Heart. Peneliti ini, James J. DiNicolantanio, PharmD, dari Saint Luke's Mid America Heart Institute di Kansas, Missouri dan Sean C. Lucan, MD, MPH, dari Albert Einstein College of Medicine di Bronx, New York menyimpulkan bahwa diet/pola makan tinggi gula dapat memberikan sumbabngan nyata terhadap risiko kardiometabolik. Mereka juga menyarankan bahwa pedoman diet masa depan disarankan lebih baik mengganti makanan olahan dengan yang alami.
Selama ini orang sangat berfokus hanya pada garam sebagai biang keladi hipertensi. Dr Richard Krasuski, MD, dari the Cleveland Clinic , Ohio menjelaskan bahwa tinjauan ini merangkum hasil dari dua jenis studi: studi epidemiologi dan studi intervensi kecil. Hal ini cukup menjadi bukti kuat, terutama jika dilihat dari studi epidemiologi yang bisa menghasilkan hipotesis turunan. Sebaliknya, studi intervensi kecil menguji hipotesis melalui manipulasi terhadap faktor tunggal, secara intens, selama periode waktu yang singkat. Intinya, hal ini tidak tahu apakah akan berdampak dalam jangka pendek atau panjang, tetapi cukup dapat ditarik kesimpulan gula bisa jadi lebih berbahaya dari garam untuk kesehatan jantung. Beberapa ahli jantung malah menemukan penurunan konsumsi garam tidak menghasilkan kardiovaskular positif.
Artikel dan tinjauan ini bisa jadi akan menjadi hal kontroversial karena bertentangan dengan asumsi selama ini yang menyatakan kalau garamlah penyebab masalah kardiometabolik, karena masih terbilang baru dan terlihat belum jelas kemana arah hubungannya. Tetapi para ahli kesehatan menyarankan: hindari bahan makanan olahan yang mengandung baik garam maupun gula. Cobalah untuk banyak konsumsi buah, sayur dan bijian. Selain itu, olahraga dengan teratur, tidak merokok, mengatur berat badan agar tidak berlebihan dapat menjadi saran tambahan diluar studi ini.
medscape
Stusi ini dikaji ulang dan dipublikasikan dalam epidemiological and experimental studies di Open Heart. Peneliti ini, James J. DiNicolantanio, PharmD, dari Saint Luke's Mid America Heart Institute di Kansas, Missouri dan Sean C. Lucan, MD, MPH, dari Albert Einstein College of Medicine di Bronx, New York menyimpulkan bahwa diet/pola makan tinggi gula dapat memberikan sumbabngan nyata terhadap risiko kardiometabolik. Mereka juga menyarankan bahwa pedoman diet masa depan disarankan lebih baik mengganti makanan olahan dengan yang alami.
Selama ini orang sangat berfokus hanya pada garam sebagai biang keladi hipertensi. Dr Richard Krasuski, MD, dari the Cleveland Clinic , Ohio menjelaskan bahwa tinjauan ini merangkum hasil dari dua jenis studi: studi epidemiologi dan studi intervensi kecil. Hal ini cukup menjadi bukti kuat, terutama jika dilihat dari studi epidemiologi yang bisa menghasilkan hipotesis turunan. Sebaliknya, studi intervensi kecil menguji hipotesis melalui manipulasi terhadap faktor tunggal, secara intens, selama periode waktu yang singkat. Intinya, hal ini tidak tahu apakah akan berdampak dalam jangka pendek atau panjang, tetapi cukup dapat ditarik kesimpulan gula bisa jadi lebih berbahaya dari garam untuk kesehatan jantung. Beberapa ahli jantung malah menemukan penurunan konsumsi garam tidak menghasilkan kardiovaskular positif.
Artikel dan tinjauan ini bisa jadi akan menjadi hal kontroversial karena bertentangan dengan asumsi selama ini yang menyatakan kalau garamlah penyebab masalah kardiometabolik, karena masih terbilang baru dan terlihat belum jelas kemana arah hubungannya. Tetapi para ahli kesehatan menyarankan: hindari bahan makanan olahan yang mengandung baik garam maupun gula. Cobalah untuk banyak konsumsi buah, sayur dan bijian. Selain itu, olahraga dengan teratur, tidak merokok, mengatur berat badan agar tidak berlebihan dapat menjadi saran tambahan diluar studi ini.
medscape