Vitamin D merupakan golongan
steroid yang sangat dibutuhkan tubuh untuk berbagai fungsi, misalnya penyerapan
kalsium, besi, magnesium, fosfat dan seng. Dalam tubuh manusia, vitamin D
komposisi pentingnya dalam bentuk D3 (kolekalsiferol) dan D2 (ergokalsiferol).
Sumber vitamin D yang utama dan alami adalah sinar matahari. Sayangnya, banyak
orang seiring umur atau bahkan usia lansia jarang berjemur dipagi hari dan
banyak waktu luangnya di dalam ruangan. Hal ini dapat menyebabkan mereka
kekurangan pasokan vitamin D terbaik. Kekurangan vitamin D dapat menyebabkan
meningkatnya peluang menderita penyakit jantung, asthma parah pada anak-anak,
penurunan kemampuan kognitif pada lansia, kanker, osteomalasia, ricketsia.
Jadi, waspadalah terhadap tanda kekurangannya.
Kekurangan vitamin D memiliki
ciri tersendiri yang dapat diperhatikan dari awal. Tanda itu adalah:
- Kelemahan otot. Pada lansia, kekurangan vitamin D sangat berhubungan dengan lemahnya otot. Orang tua rentan untuk terjadi defisit vitamin D karena beberapa faktor seperti berkurangnya paparan sinar matahari langsung, asupan makanan tidak cukup, penyerapan usus kurang optimal dan berkurangnya ketebalan kulit. Melemahnya otot karena kekurangan vitamin D dapat terlihat dalam cara yang berbeda. Secara umum, lansia merasa berat di kaki dan kesulitan berdiri dan naik tangga. Suplemen dapat membantu lansia mengimbangi ketidakcukupan asupan ini, sehingga gejala kekurangan vitamin D dapat diatasi.
- Perubahan mood (suasana hati). Vitamin D sebenarnya adalah hormon, bukan vitamin biasa. Vitamin D diserap oleh kulit, lalu dialirkan ke liver dan ginjal, kemudian berubah menjadi hormon aktif. Hormon ini membantu menyerap kalsium dan menjaga tulang, otot serta gigi. Penelitian telah menunjukkan bahwa vitamin D juga bertanggung jawab untuk mengaktifkan gen yang mengontrol pelepasan neurotransmitter (serotonin, dopamin); sehingga mempengaruhi fungsi otak. Lansia yang merasa tertekan dan lelah sepanjang waktu dapat benar-benar menderita kekurangan vitamin D.
- Peningkatan berat badan. Penelitian mengklaim bahwa bersama hormon leptin, vitamin D membantu mengatur berat badan. Leptin diproduksi di dalam sel-sel lemak tubuh dan bekerja dengan memberikan sinyal ke otak, pada dasarnya membiarkan seseorang tahu bahwa mereka sudah kenyang dan berhenti makan. Vitamin D mengontrol kadar leptin dalam tubuh, memastikan bahwa sinyal tepat dikirim ke otak. Ketika seseorang kekurangan vitamin D, sinyal-sinyal ini bisa terganggu dan tubuh tidak tahu kapan harus berhenti makan. Hal ini dapat membuat orang makan berlebihan dan meningkatkan berat badan.
- Kelelahan berkepanjangan. Banyak lansia kelelahan tidak menyadari bahwa mereka bisa saja kekurangan vitamin D, tetapi mengabaikan gejala tersebut. Seseorang yang memiliki kaku sendi dan terus merasa lelah menjadi pertanda asupan Vitamin D sebaiknya ditingkatkan (terutama bagi lansia yang jarang berjemur matahari dan kurang makan mengandung vitamin D). Selain kelelahan, kekurangan vitamin D juga dapat memicu rasa sakit di kaki dan kesulitan bergerak.
- Gangguan pencernaan. Kekurangan vitamin D dapat menyebabkan penyakit radang usus, yang merupakan penyakit kronis yang menyebabkan pembengkakan dan iritasi pada saluran pencernaan. Kondisi ini dibagi menjadi dua jenis utama: ulcerative colitis dan penyakit Crohn. Lansia cenderung untuk dapat terkena penyakit radang usus karena mereka rentan terhadap kekurangan vitamin D. Masalah pencernaan yang tidak menyenangkan dan hal ini juga dapat merusak proses penyerapan lemak. Karena vitamin D jatuh ke dalam kategori vitamin yang larut dalam lemak, ketidakcukupan dapat memicu masalah pencernaan yang parah.