Pages

Search This Blog

Friday, May 9, 2014

Penjelasan Mitos dan Fakta Tentang PPOK

Ada banyak mitos dan fakta tentang PPOK (Penyakit Paru Obstruktif Kronik) atau dengan istilah baratnya COPD (Chronic Obstructive Pulmonary Disease). Penyakit ini bisa melanda seseorang sampai bertahun tahun tanpa disadari, tahu tahu bisa kambuh dan menyebabkan kematian. Tidak ada salahnya kita mengetahui sedikit banyak fakta dan mitos yang berkembang seputar penyakit ini.
Mitos pertama: PPOK menjadi penyakit yang berbahaya bagi beberapa negara.
Fakta: benar, jika memperhatikan angka kejadian, berdasarkan angka WHO tahun 2002, jumlah penderita berada di posisi no 4 setelah HIV/AIDS dan masih akan berlanjut sampai tahun 2020. PPOK meliputi emfisema dan bronkitis kronis, dan sering juga dikombinasi keduanya. Pada emfisema, kantung udara di paru-paru kehilangan perenggangan dan tidak bekerja dengan baik. Pada bronkitis, iritasi dan peradangan kronis menyebabkan lendir tebal dan kesulitan bernafas.

Mitos kedua: Penyebab utama PPOK adalah rokok dan paparan asap rokok.
Fakta: Paparan polusi dalam waktu yang lama bisa menjadi faktor penyebab PPOK. Selain itu juga kondisi genetik, defisiensi alpha-1-antitrypsin dalam tubuh yang dapat berkontribusi kepada sekitar 5% penyebab PPOK. Jadi, tidak hanya rokok penyebabnya.

Mitos ketiga: Ciri ciri menderita PPOK adalah nafas pendek
Fakta: ciri ciri lain menderita PPOK yaitu batuk, bengek (mengi), sesak dada. Nafas pendek hanya ciri awal saja. Ciri lain yang ringan ketika naik tangga, nafas menjadi ngos ngosan dan butuh mengambil nafas panjang. Orang dengan PPOK juga mudah menderita flu atau pneumonia (radang paru). Selain itu, cirinya juga bertumpuk dengan asthma. Wanita lebih mudah terserang asthma dibandingkan pria.

Mitos ke empat: PPOK gak bisa sembuh
Fakta: Sayangnya, mitos ini ternyata benar. PPOK memang tidak bisa disembuhkan dan hanya dapat dikurangi tingkat kekambuhannya atau memperlambat kerusakan organ lebih parah. Misalnya bagi penderita PPOK yang merokok disarankan berhenti merokok. Selain itu, perlu juga vaksinasi flu dan pneumonia. PPOK diobati dengan bronkodilator, seperti albuterol dan Advair, yang mengendurkan otot-otot saluran napas. Selama kambuh inhalasi kortikosteroid seperti Flovent dan Pulmicort dapat mengurangi peradangan dan produksi lendir berkurang. Terapi oksigen dan antibiotik juga bisa melegakan pernafasan.

Mitos ke lima: PPOK cuma terjadi pada lansia
Fakta: Menurut seorang dokter paru terkenal di amerika, Dr. Edelman, banyak sekali penderita PPOK yang memang datang diusia sekitar 50-60 tahun, tetapi pada sadarnya, dia sudah lama menderita PPOK tanpa disadari. PPOK dapat terjadi di usia 40 an, bahkan selang usia antara 20-30 tahun. Tes sederhana spirometer dapat dilakukan untuk menangani secara dini, apakah seseorang beresiko menderita PPOK suatu hari nanti atau tidak.

Mitos ke enam: Pemeriksaan awal penting banget
Fakta: benar sekali. Seorang ahli paru Barry Make, MD, direktur COPD program di National Jewish Health di Denver menyatakan kebanyakan orang baru sadar mereka menderita PPOK ketika terlambat. Pemeriksaan awal penting supaya tidak terjadi kerusakan berkepanjangan pada paru paru. Jika sudah mengalami sesak nafas berjalan atau bahkan terjadi bronkitis, sebaiknya diperiksa.

Mitos ke tujuh: Enggak boleh olahraga kalau kamu menderita PPOK
Fakta: sesak nafas memang bikin sulit berolahraga, tetapi olahraga sangat penting bagi penderita PPOK. Olahraga memperbaiki paru paru dan jantung untuk mengatur keluar-masuk oksigen lebih baik membuat sistem pernafasan lebih efisien. Berolahraga lah pelan pelan dengan bantuan saran ahli kesehatan olahraga.

Mitos ke delapan: Percuma berhenti merokok kalau sudah menderita PPOK
Fakta: tidak pernah ada kata terlambat untuk berhenti merokok pagi penderita PPOK, karena akan memperlambat kerusakan pada paru paru dan juga memperlambat kambuhnya PPOK.

Mitos ke sembilan: PPOK cuma menyerang paru paru
Fakta: ternyata tidak begitu, saudara saudara. PPOK dapat menimbulkan tekanan darah tinggi dan meningkatkan resiko penyakit jantung.

Mitos ke sepuluh: PPOK itu penyakit hukuman mati
Fakta: PPOK memang berbahaya, tapi bukan berarti hidup berakhir. Dengan pengobatan rutin, berolahraga, berhenti merokok, makan makanan yang sehat, saling mencari dukungan, dapat membuat penyakit PPOK yang di derita terasa biasa saja.
healthyliving.msn

Cara Alami Supaya Kadar Glutathione Tetap Tinggi

Glutathione, antioksidan yang terdapat di dalam tubuh, tugasnya menurunkan radikal bebas yang menyebabkan stres oksidatif, merusak sel tu...