Ada
banyak mitos dan fakta tentang PPOK (Penyakit Paru Obstruktif Kronik)
atau dengan istilah baratnya COPD (Chronic Obstructive Pulmonary
Disease). Penyakit ini bisa melanda seseorang sampai bertahun tahun
tanpa disadari, tahu tahu bisa kambuh dan menyebabkan kematian. Tidak
ada salahnya kita mengetahui sedikit banyak fakta dan mitos yang
berkembang seputar penyakit ini.
Mitos
pertama: PPOK menjadi penyakit yang berbahaya bagi beberapa negara.
Fakta: benar, jika memperhatikan angka kejadian, berdasarkan angka
WHO tahun 2002, jumlah penderita berada di posisi no 4 setelah
HIV/AIDS dan masih akan berlanjut sampai tahun 2020. PPOK
meliputi emfisema dan bronkitis kronis, dan sering juga dikombinasi
keduanya. Pada emfisema, kantung udara di paru-paru kehilangan
perenggangan dan tidak bekerja dengan baik. Pada bronkitis, iritasi
dan peradangan kronis menyebabkan lendir tebal dan kesulitan
bernafas.
Mitos
kedua: Penyebab utama PPOK adalah rokok dan paparan asap rokok.
Fakta:
Paparan polusi dalam waktu yang lama bisa menjadi faktor penyebab
PPOK. Selain itu juga kondisi genetik, defisiensi alpha-1-antitrypsin
dalam tubuh yang dapat berkontribusi kepada sekitar 5% penyebab
PPOK. Jadi, tidak hanya rokok penyebabnya.
Mitos
ketiga: Ciri ciri menderita PPOK adalah nafas pendek
Fakta:
ciri ciri lain menderita PPOK yaitu batuk, bengek (mengi), sesak
dada. Nafas pendek hanya ciri awal saja. Ciri lain yang ringan ketika
naik tangga, nafas menjadi ngos ngosan dan butuh mengambil nafas
panjang. Orang dengan PPOK juga mudah menderita flu atau pneumonia
(radang paru). Selain itu, cirinya juga bertumpuk dengan asthma.
Wanita lebih mudah terserang asthma dibandingkan pria.
Mitos
ke empat: PPOK gak bisa sembuh
Fakta: Sayangnya, mitos ini ternyata benar. PPOK memang tidak bisa
disembuhkan dan hanya dapat dikurangi tingkat kekambuhannya atau
memperlambat kerusakan organ lebih parah. Misalnya bagi penderita
PPOK yang merokok disarankan berhenti merokok. Selain itu, perlu juga
vaksinasi flu dan pneumonia. PPOK diobati dengan
bronkodilator, seperti albuterol dan Advair, yang mengendurkan
otot-otot saluran napas. Selama kambuh inhalasi kortikosteroid
seperti Flovent dan Pulmicort dapat mengurangi peradangan dan
produksi lendir berkurang. Terapi oksigen
dan antibiotik juga bisa melegakan pernafasan.
Mitos ke lima: PPOK cuma terjadi pada lansia
Fakta: Menurut seorang dokter paru terkenal di amerika, Dr. Edelman,
banyak sekali penderita PPOK yang memang datang diusia sekitar 50-60
tahun, tetapi pada sadarnya, dia sudah lama menderita PPOK tanpa
disadari. PPOK dapat terjadi di usia 40 an, bahkan selang usia antara
20-30 tahun. Tes sederhana spirometer dapat dilakukan untuk menangani
secara dini, apakah seseorang beresiko menderita PPOK suatu hari
nanti atau tidak.
Mitos ke enam: Pemeriksaan awal penting banget
Fakta: benar sekali. Seorang ahli paru Barry Make, MD, direktur COPD
program di National Jewish Health di Denver menyatakan kebanyakan
orang baru sadar mereka menderita PPOK ketika terlambat. Pemeriksaan
awal penting supaya tidak terjadi kerusakan berkepanjangan pada paru
paru. Jika sudah mengalami sesak nafas berjalan atau bahkan terjadi
bronkitis, sebaiknya diperiksa.
Mitos ke tujuh: Enggak boleh olahraga kalau kamu menderita PPOK
Fakta: sesak nafas memang bikin sulit berolahraga, tetapi olahraga
sangat penting bagi penderita PPOK. Olahraga memperbaiki paru paru
dan jantung untuk mengatur keluar-masuk oksigen lebih baik membuat
sistem pernafasan lebih efisien. Berolahraga lah pelan pelan dengan
bantuan saran ahli kesehatan olahraga.
Mitos ke delapan: Percuma berhenti merokok kalau sudah menderita
PPOK
Fakta: tidak pernah ada kata terlambat untuk berhenti merokok pagi
penderita PPOK, karena akan memperlambat kerusakan pada paru paru dan
juga memperlambat kambuhnya PPOK.
Mitos ke sembilan: PPOK cuma menyerang paru paru
Fakta: ternyata tidak begitu, saudara saudara. PPOK dapat menimbulkan
tekanan darah tinggi dan meningkatkan resiko penyakit jantung.
Mitos ke sepuluh: PPOK itu penyakit hukuman mati
Fakta: PPOK memang berbahaya, tapi bukan berarti hidup berakhir.
Dengan pengobatan rutin, berolahraga, berhenti merokok, makan makanan
yang sehat, saling mencari dukungan, dapat membuat penyakit PPOK yang
di derita terasa biasa saja.
healthyliving.msn