Pages

Search This Blog

Monday, March 2, 2015

Menyiasati rasa cemas pada anak

RASA takut yang dialami anak adalah hal biasa. Namun,
ada baiknya para orangtua membantu mengatasinya
agar ketakutan tersebut tak berlanjut menjadi fobia.
Merasa cemas dalam situasi tertentu yang tidak
nyaman, tentu tidak pernah menyenangkan. Namun,
ketakutan sebenarnya merupakan suatu keadaan
alamiah yang membantu individu melindungi dirinya dari
suatu bahaya, sekaligus memberi pengalaman baru.
Bahkan, pada anak-anak, perasaan seperti ini tidak
hanya normal, tetapi juga sangat dibutuhkan.

Merasakan dan mengatasi rasa cemas dapat membantu
anak-anak mempersiapkan diri untuk menghadapi
pengalaman-pengalaman yang membingungkan dan
situasi yang menantang dalam kehidupan. Memiliki
ketakutan dan kecemasan terhadap hal-hal tertentu
sebenarnya bisa membantu anak menjaga tingkah
lakunya. Contohnya, seorang anak dengan ketakutannya
terhadap api akan membuatnya menghindari bermain
dengan korek api.
"Ditularkan" Orangtua
Ironisnya, ketakutan pada anak justru muncul karena
"ditularkan" orangtuanya. Karena takut pada sesuatu
atau kondisi tertentu, tanpa sadar orangtua akan
melarang anak dengan cara menakut-nakutinya.
Misalnya mengatakan, "Awas ada kucing, nanti kamu
dicakar!" Atau, "Pokoknya, kalau makannya nggak habis,
Mama panggilin dokter biar nyuntik kamu!"
Memang, metode semacam ini amat tokcer untuk
"memaksa" anak mau menuruti keinginan orangtua.
Alhasil, anak selalu takut jika melihat bahkan
mendengar suara sosok siapa pun atau binatang yang
baginya telanjur dianggap menyeramkan. Padahal,
sosok ataupun binatang yang selama ini dianggap
menakutkan anak itu sebetulnya sama sekali tak
berbahaya.
Bentuk ekspresi ketakutan itu sendiri bisa macam-
macam. Biasanya lewat tangisan, jeritan, bersembunyi,
atau tak mau lepas dari orangtuanya. Biasanya, rasa
takut ini akan hilang sendiri seiring berjalannya waktu.
Saat anak merasa aman dengan dirinya sendiri ataupun
lingkungannya, hilanglah rasa takut tadi. Tentu saja
diperlukan dukungan orangtua.
Yang jadi masalah adalah jika rasa takut mengendap
dan tak teratasi sehingga berpengaruh pada aktivitas
sehari-hari anak. Bahkan, bisa mengarah jadi ketakutan
yang bersifat patologis. Malah, bisa berlanjut ke fobia
alias ketakutan berlebihan karena pernah mengalami
kejadian tertentu atau trauma.
Trauma tersebut dapat berupa psikologis atau fisik.
Misalnya gara-gara takut tikus; tiap kali melihat hewan
itu, dia akan menjerit ketakutan. Fobia juga mulai
setelah adanya tekanan yang umum dalam kehidupan.
Sekali fobia telah terjangkit, maka dapat menjalar ke
panca indra lainnya.
Jika sampai mengarah pada fobia, kehidupan anak
dapat terhambat. Bahkan, jika terlalu hebat rasa
takutnya, si anak tidak dapat berbuat apa pun.
Mengapa? Karena bagi sebagian orang, fobia sulit
dipahami. Itu sebabnya, hal ini sering dijadikan bulan-
bulanan, ejekan, ledekan teman-teman sekitarnya.
"Jika tidak dilakukan terapi dan perawatan intensif,
anak-anak yang menderita ketakutan berlebihan ini akan
berisiko besar membawanya hingga dewasa kelak," jelas
Lena Reuterskield, terapis fobia dari The Swedish
Research Council.
Dua Golongan
Objek ketakutan anak itu dapat dibagi menjadi dua
golongan, yaitu ketakutan terhadap suatu benda atau
binatang tertentu, misalnya api, kecoa, tikus. Lalu,
ketakutan terhadap situasi tertentu. Takut akan tempat
terbuka atau takut ketinggian misalnya. Jenis ketakutan
terakhir adalah ketakutan terhadap suatu suasana
sosial tertentu. Misalnya, takut berada di kelas baru.
Untuk mengatasi rasa takut yang berlebihan pada anak,
yang harus dilakukan orangtua adalah membangunkan
konsep diri anak yang positif sehingga percaya diri
sebagai modal untuk memasuki dunia luarnya.
Usahakan anak mengenal namanya dengan segala
predikat positif yang disandangnya. Beri kesempatan
anak berinteraksi dengan dunia luarnya. Libatkan dalam
setiap aktivitas sosial yang memungkinkan
keterlibatannya, misalnya menghadiri pertemuan
keluarga atau belanja di toko.
Tidak kalah penting adalah membangun komunikasi
dengan anak selama proses interaksi berlangsung.
Orangtua mengenalkan orang-orang, tempat atau
suasana yang terjadi selama kegiatan tersebut
berlangsung. Menanyakan dan memahami perasaan
yang dialami anak selama kegiatan berlangsung. Selain
itu, berikan jaminan bahwa lingkungan tempat dia
berada sekarang merupakan tempat yang
menyenangkan dan dipenuhi orang-orang yang
menyenangkan pula.
Sebaiknya orangtua juga menanamkan sifat keberanian.
Mulailah dengan hal-hal yang kecil. Misalnya mulai
membiasakan anak ke kamar mandi sendiri. Jika anak
sudah menginjak usia 3 atau 4 tahun, ada baiknya
orangtua mulai membiasakan si kecil untuk tidur sendiri.
Mematikan lampu saat tidur juga bisa mulai dicoba.
Orangtua juga dapat melakukan sikap empati dan
mendukung. Sikap empati dapat ditunjukkan orangtua
dengan cara memahami dan memandang hal tersebut
dari sudut pandang anak. Bantulah anak memahami
apa yang sedang dia alami atau rasakan saat itu.
Berikanlah kesempatan kepada anak untuk
membicarakan apa yang sedang dia rasakan atau yang
sedang dia alami tersebut. Berikanlah penjelasan dan
yakinkanlah secara bijak kepadanya bahwa apa yang
ditakutkannya tersebut adalah tidak benar.
Berikan Mainan
Pada saat anak merasa takut, mainan adalah salah
satu hal yang dapat menghibur anak. Ketika anak sakit
misalnya, mainan yang mereka sukai dan memadai pula
untuk kondisi mereka dapat digunakan sebagai
pendamping mereka sehingga ada hiburan yang mereka
rasakan. Selain itu, mainan juga dapat mengalihkan
perhatian dari stres yang anak alami.
Jika ketakutan anak terlihat berlebihan seperti penyebab
stres, ini mungkin adalah sebuah pertanda akan
kebutuhan untuk mencari pertolongan dari luar seperti
pada konselor, psikiater, atau psikolog. Para orangtua
sebaiknya memperhatikan polanya. Jika insiden ini bisa
diselesaikan, jangan membuatnya lebih signifikan lagi
dari itu.
Namun, jika polanya terlihat terus-menerus sama,
orangtua harus melakukan tindakan. Jika tidak,
fobianya akan terus berpengaruh pada anak. Hubungilah
dokter atau ahli kesehatan mental yang terbiasa bekerja
sama dengan anak-anak dan remaja.

by: Emak Cibi

Cara Alami Supaya Kadar Glutathione Tetap Tinggi

Glutathione, antioksidan yang terdapat di dalam tubuh, tugasnya menurunkan radikal bebas yang menyebabkan stres oksidatif, merusak sel tu...