Bukan cuma orangtua saja yang bisa mengalami depresi, remaja pun
bisa. Di Amerika, disinyalir 1 dari 5 remaja menderita depresi,
sayangnya, di Indonesia belum diketahui angka kejadiannya. Jika tidak
keburu untuk ditangani, dikahwatirkan akan terjadi beberapa efek,
misalnya sekolah berantakan, bermasalah dalam berteman/hubungan,
penyalahgunaan obat/narkoba, seks bebas, sakit dan berusaha bunuh diri.
Maka, perlu dicermati dan diketahui ciri dan gejalanya.
Ciri umum remaja depresi adalah sedih tanpa alasan yang jelas, marah atau cemas ekstrim, serta keluhan fisik misalnya sering sakit kepala dan perut. Selain itu terjadi juga perubahan pola tidur, menarik diri dari lingkungan. Gejala lain yang patut dicermati: perasaan merasa tidak berdaya, menarik diri dari kegiatan teman sebayanya, apatis, rendah diri, sulit berkonsentrasi, perubahan pola makan, gerak tubuh terlalu cepat atau terlalu lambat, berat badan turun, penyalahgunaan obat/narkoba, kesulitan dengan kewenangan diri dan keinginan bunuh diri atau bahkan bunuh diri. Bagaimana Anda mengetahui apakah dia depresi atau tidak, dilihat dari gejala dan lamanya gejala itu berulang dan menetap dalam tubuhnya.
Bagaimana medikasinya?
Jenis pengobatan pada kombinasi efektif yang fungsinya untuk meredakan gejala. Selain itu juga diperlukan konseling agar dia mampu mengatasi depresi sendiri. Obat-obatan biasanya termasuk antidepresan yang disebut selective serotonin reuptake inhibitor, atau SSRI. Jenisnya adalah: fluoxetine (Prozac), sertraline (Zoloft), paroxetine (Paxil), citalopram (Celexa), escitalopram (Lexapro), fluvoxamine (Luvox). Konseling yang dilakukan adalah cognitive behavioral therapy (CBT) atau terapi perilaku kognitif, sehingga dia dapat mengubah pola pikir destruktif menjadi konstruktif.
Satu penelitian yang diterbitkan dalam Journal of American Medical Association menunjukkan bahwa mengajarkan berpikir positif dapat mencegah depresi pada remaja yang beresiko. Para peneliti menemukan bahwa remaja dapat belajar keterampilan untuk menghalau pikiran negatif yang dapat meningkat menjadi depresi. Ketika depresi tidak segera diobati, mereka dapat berpikir bunuh diri adalah jadi satu-satunya jawaban. Perasaan putus asa dapat mengakibatkan tindakan impulsif tapi mematikan.
Apa tanda-tanda peringatan bunuh diri pada remaja?
Orangtua perlu tahu keadaan emosional anak-anaknya. Ada beberapa tanda yang harus diwaspadai mengenai keinginan bunuhdiri pada remaja, yaitu:
Ciri umum remaja depresi adalah sedih tanpa alasan yang jelas, marah atau cemas ekstrim, serta keluhan fisik misalnya sering sakit kepala dan perut. Selain itu terjadi juga perubahan pola tidur, menarik diri dari lingkungan. Gejala lain yang patut dicermati: perasaan merasa tidak berdaya, menarik diri dari kegiatan teman sebayanya, apatis, rendah diri, sulit berkonsentrasi, perubahan pola makan, gerak tubuh terlalu cepat atau terlalu lambat, berat badan turun, penyalahgunaan obat/narkoba, kesulitan dengan kewenangan diri dan keinginan bunuh diri atau bahkan bunuh diri. Bagaimana Anda mengetahui apakah dia depresi atau tidak, dilihat dari gejala dan lamanya gejala itu berulang dan menetap dalam tubuhnya.
Bagaimana medikasinya?
Jenis pengobatan pada kombinasi efektif yang fungsinya untuk meredakan gejala. Selain itu juga diperlukan konseling agar dia mampu mengatasi depresi sendiri. Obat-obatan biasanya termasuk antidepresan yang disebut selective serotonin reuptake inhibitor, atau SSRI. Jenisnya adalah: fluoxetine (Prozac), sertraline (Zoloft), paroxetine (Paxil), citalopram (Celexa), escitalopram (Lexapro), fluvoxamine (Luvox). Konseling yang dilakukan adalah cognitive behavioral therapy (CBT) atau terapi perilaku kognitif, sehingga dia dapat mengubah pola pikir destruktif menjadi konstruktif.
Satu penelitian yang diterbitkan dalam Journal of American Medical Association menunjukkan bahwa mengajarkan berpikir positif dapat mencegah depresi pada remaja yang beresiko. Para peneliti menemukan bahwa remaja dapat belajar keterampilan untuk menghalau pikiran negatif yang dapat meningkat menjadi depresi. Ketika depresi tidak segera diobati, mereka dapat berpikir bunuh diri adalah jadi satu-satunya jawaban. Perasaan putus asa dapat mengakibatkan tindakan impulsif tapi mematikan.
Apa tanda-tanda peringatan bunuh diri pada remaja?
Orangtua perlu tahu keadaan emosional anak-anaknya. Ada beberapa tanda yang harus diwaspadai mengenai keinginan bunuhdiri pada remaja, yaitu:
-
Terobsesi dengan kematian
-
Mengancam ingin bunuh diri
-
menulis puisi atau menggambar tentang kematian
-
perubahan penampilan dan suasana hati
-
perilaku menyimpang
-
bersikap kasar
-
perasaan bersalah
-
perubahan pola tidur dan makan
-
memberikan barang-barang tanpa alasan
-
menjauhi orang-orang sekitarnya(mengisolasi diri)
-
Mencari pertolongan tepat dengan ahlinya. Jika emosi sudah tergolong tidak normal, maka segera ke dokter.
-
Libatkan seluruh anggota keluarga untuk mendukung terapi. Terapi
keluarga dapat menolong remaja dan anggota keluarga untuk saling
membantu mengatasi depresi.
-
Dengarkanlah baik-baik permasalahan hidup anak anda. Hindari terlalu
banyak menasehati. Jadilah pendengar bagi masalahnya dan biarkan dia
mengungkapkan masalahnya.
-
Pastikan anak anda tidur tepat waktu secara kontinyu. Sebuah studi
dari Columbia University Medical Center menunjukkan remaja dengan waktu
tidur lebih awal mendapatkan tidur lebih banyak dan memiliki lebih
sedikit kasus depresi dan pikiran untuk bunuh diri. Remaja harus tidur
sekitar sembilan jam setiap malam, menurut American Academy of Sleep
Medicine (AASM).
-
Konsultasikan dengan dokter untuk lebih jelasnya dalam penggunaan
obat anti depresan. Berdasarkan FDA bahwa antidepresan dapat
meningkatkan risiko berpikir bunuh diri dan perilaku pada remaja
depresi. Anak-anak dan remaja yang dimulai dengan obat antidepresan
harus dipantau untuk perilaku efek sampingnya.