Pages

Search This Blog

Sunday, April 26, 2015

Hubungan antara Lamanya Tidur dan Resiko Stroke Fatal dan Non Fatal

Ringkasan
Karakteristik tidur, terutama lama pendek dan panjangnya tidur, dapat membantu memprediksi stroke dan kejadian kardiovaskular lainnya. Tujuan dari studi prospektif ini untuk menguji hubungan antara durasi tidur dan kejadian stroke pada populasi di Inggris dan untuk menyatukan data ini dengan data yang telah dipublikasikan sebelumnya dengan menggunakan meta-analisis.

Dalam European Prospective Investigation into Cancer, studi di Norfolk, 9692 peserta yang berusia 42-81 tahun dan tanpa stroke pada awal melaporkan lamanya tidur pada tahun 1998-2000 dan 2002-2004. Kasus Stroke dicatat sampai dengan 31 Maret 2009. Search of Ovid Medline, EMBASE, dan Cochrane Library mengidentifikasikan studi prospektif yang diterbitkan sampai Mei 2014. Meta-analisis yang digunakan model acak-efek terestimasi.

Lebih dari dua pertiga (69%) peserta melaporkan tidur selama 6-8 jam per hari dan 10% melaporkan tidur selama lebih dari 8 jam. Mereka yang tidur kurang dari 6 jam atau lebih dari 8 jam lebih tua dan lebih terjadi pada perempuan, kurang aktif, memiliki gangguan depresi mayor dan minum obat antihipertensi.

Ada 346 kasus stroke selama 9,5 tahun masa tindak lanjut. Setelah penyesuaian untuk semua kovariat, tidur panjang secara bermakna dikaitkan dengan 46% peningkatan risiko stroke (hazard ratio [HR], 1,46; interval kepercayaan 95% [CI], 1,08-1,98]). Lamanya tidur yang panjang juga bermakna dikaitkan dengan peningkatan risiko stroke di antara orang-orang tanpa riwayat penyakit dan di antara mereka yang melaporkan tidur nyenyak. Temuan dari penelitian ini adalah sama dengan meta-analisis yang dilaporkan.

Ada hubungan yang lebih kecil (18%) untuk lamanya tidur pendek, tapi ini tidak signifikan secara statistik keseluruhan. Di antara orang-orang muda dengan tidur pendek, bagaimanapun, terjadi peningkatan 87% risiko stroke (HR, 1,87; 95% CI, 0,97-3,60).

Dibandingkan dengan orang-orang dilaporkan lamanya tidur terus-menerus diselang rata-rata, mereka yang melaporkan tidur terus-menerus lama atau meningkat ditandai dengan lamanya tidur dari waktu ke waktu memiliki risiko stroke yang lebih tinggi (masing-masingnya berisiko dua kali lipat atau meningkat hampir empat kali lipat risiko). Hubungan lebih kuat antara tidur singkat dan stroke iskemik serta antara tidur panjang dan stroke hemoragik.

Kekuatan studi prospektif mencakup kemampuan untuk menilai perubahan longitudinal pada lamanya tidur dan untuk menyelidiki apakah ada hubungan berbeda dengan komorbiditas, kualitas tidur pada umumnya dan subtipe stroke. Kekuatan dari meta-analisis termasuk sampel besar lebih dari 8000 kasus stroke. Keterbatasan termasuk peserta yang lebih muda dan memiliki kelas sosial dan tingkat pendidikan yang lebih tinggi dibandingkan dengan populasi awal; lamanya tidur dilaporkan dengan satu pertanyaan; dan kemungkinan pembaur sisa pendataan.


Meskipun demikian, seperti yang terlihat dalam studi sebelumnya, tidur panjang kuat dikaitkan dengan peningkatan risiko stroke. Tidur berkepanjangan tampaknya berpotensi berguna untuk memprediksi tinggi risiko stroke di masa depan bagi setengah baya dan lansia. Mekanisme yang mendasari hubungan ini masih belum jelas, tetapi mungkin melibatkan adanya peradangan. Pertanyaan apakah tidur panjang merupakan penyebab, akibat, atau penanda awal kesehatan yang buruk juga manfaat untuk penelitian tambahan berikutnya.

medscape 

Cara Alami Supaya Kadar Glutathione Tetap Tinggi

Glutathione, antioksidan yang terdapat di dalam tubuh, tugasnya menurunkan radikal bebas yang menyebabkan stres oksidatif, merusak sel tu...