Polio(poliomyelitis) masih menjadi momok buat negara berkembang,
seperti Indonesia. Kejadian terbesar polio dalam benak kita terjadi
tahun 2005 dimana terdapat 225 anak terkena paralisis polio di
seputar propinsi banten dan jawab barat (WHO, 2005). Hal ini lalu
menjadi pelajaran bagi pemerintah bahwa polio masih menjadi ancaman
bagi anak anak Indonesia dibawah lima tahun.
Polio penyakit yang disebabkan oleh Enterovirus yang menyebabkan
peradangan pada sum-sum tulang belakang sehingga dapat menjadi
kelumpuhan, terutama pada kaki. Virus ini juga dapat memasuki aliran
darah dan ke sistem syaraf pusat. Ada beberapa faktor yang
menyebabkan anak-anak bisa terkena polio, yaitu rendahnya kualitas
imun, malnutrisi, virus yang ada dari sejak kehamilan, sanitasi
lingkungan yang buruk, terinfeksi melalui air atau makanan yang
terkontaminasi, kontak langsung dengan penderita dan penularan lewat
fekal-oral. Jika anak sudah terkena 5-10% akan menyebabkan kelumpuhan
juga pada paru dan bisa mengundang kematian. Di dunia, berdasarkan
angka WHO, masih ada sekitar 200.000 kasus baru polio setiap
tahunnya. Target kesehatan dunia bebas polio dicanangkan sampai tahun
2018.
Indonesia
cukup bersyukur bahwa di negara ini sejak tahun 2006 sudah mulai
diturunkan kasusnya, kecuali bagi beberapa negara lain misalnya
pakistan, nigeria,afghanistan atau yaman. Catatan terakhir pada WHO
vaccine-preventable diseases: monitoring system 2013 global summary
indonesia tahun 2007 sampai tahun 2012 dinyatakan tidak ada lagi
laporan anak yang menderita polio, artinya diharapkan dari tahun ke
tahun, tidak ada lagi anak Indonesia yang terkena penyakit ini.
Polio tidak harus menggejala hebat pada anak kecil yang sudah mulai
terinfeksi, perbedaan gejala yang muncul tergantung dari jenis
polionya. Nonparalytic polio (poliomyelitis
abortif) menyebabkan gejala seperti flu yang berlangsung selama
beberapa hari atau minggu, seperti demam, sakit tenggorokan, sakit
kepala, muntah, kelelahan, sakit punggung dan leher, lengan dan kaki
pegal, nyeri otot, kejang otot, dan meningitis. Paralytic
polio (polio penyebab kelumpuhan) dimulai dengan
gejala yang mirip dengan nonparalytic polio dan berkembang menjadi
gejala yang lebih serius seperti kehilangan refleks otot, nyeri otot
parah dan kejang, serta anggota badan sulit bergerak dan berakhir
dengan kelumpuhan.
Pada
dasarnya, tidak ada obat untuk polio, yang ada hanya pencegahan
berupa vaksinasi yang diberikan beberapa kali untuk melindungi anak
dari kemungkinan terkena polio. Ada dua vaksin yangdigunakan, pertama
yaitu inactivated poliovirus (IPV) dan oral polio vaccine (OPV). IPV
dilakukan pada saat bayi berumur 2 bulan dan terus lanjut sampai umur
4 atau 6 tahun. OPV
dbuat dari virus polio yang dilemahkan, biaya vaksinnya terbilang
murah bagi negara berkembang, kemudahan cara pemberian dan kemampuan
untuk memberikan kekebalan yang sangat baik dalam usus. Vaksin ini
diwajibkan bagi anak anak yang sudah pernah divaksin atau lupa, kapan
terakhir vaksin.
sumber: WHO