Liburan
datang, biasanya para anggota keluarga sibuk menjadwalkan liburan.
Ada yang pergi ke taman hiburan, villa atau yang paling murah
mengajak berenang seluruh keluarga. Cuaca panas pun mendukung liburan
untuk lebih banyak di air. Sudah mafhum bahwa kolam renang di
Indonesia ini banyak menggunakan klorin sebagai bahan desinfektan.
Tetapi ada hal yang meragukan dari sisi chlorine sebagai bahan
desinfektan untuk para penderita asthma.
Sebuah studi yang dilakukan untuk
mencari hubungan antara kolam renang outdoor/terbuka dengan chlorine
dan anak-anak penderita asthma. Penelitian
dari Catholic University of Louvain di Belgia, diujikan pada 847
remaja. Para peneliti juga melakukan pengendalian faktor lain seperti
paparan asap rokok dan polusi, hal yang bisa terjadi di luar mereka
renang yang juga bisa memicu kejadian asthma.
Bahkan, mereka yang berenang seminggu sekali selama sepuluh tahun mengalami kejadian asthma lima kali lebih tinggi dibandingkan yang tidak suka berenang di kolam. Semakin banyak waktu yang dihabiskan anak-anak di kolam renang, besar kemungkinan mereka akan menderita asthma. Para peneliti juga menemukan bahwa berenang di kolam sebelum usia tujuh menyebabkan peningkatan laju alergi akibat bulu kucing dan yang lainnya.
Bahkan, mereka yang berenang seminggu sekali selama sepuluh tahun mengalami kejadian asthma lima kali lebih tinggi dibandingkan yang tidak suka berenang di kolam. Semakin banyak waktu yang dihabiskan anak-anak di kolam renang, besar kemungkinan mereka akan menderita asthma. Para peneliti juga menemukan bahwa berenang di kolam sebelum usia tujuh menyebabkan peningkatan laju alergi akibat bulu kucing dan yang lainnya.
Penelitian
lain juga pernah dilakukan di the Occupational Lung Diseases Unit di
the Birmingham Heartlands Hospital. Dalam penelitian ini
masing-masing subjek tidak menggunakan kortikosteroid yang dihirup
sama sekali dan gejala asthma mereka kambuh bertambah ketika
berenang. Masalah utamanya tidak di klorin, tetapi klorin berubah
jika dikombinasikan dengan zat organik berupa keringat, bulu, urin
dan bahan lainnya. Klorin bereaksi dengan
organik dan menghasilkan nitrogen triklorida, aldehida, hidrokarbon
terhalogenasi, kloroform, trihalomethanes dan chloramines. Hal ini
kemudian diperkuat, bahwa selama Olimpiade diadakan di Australia,
dilaporkan bahwa lebih dari seperempat dari tim renang Amerika
menderita dari beberapa derajat asma.
Masih penelitian yang sama, menunjukkan bahwa paparan chloramines
tersebut sangat meningkatkan permeabilitas epitel paru-paru, kondisi
yang berhubungan dengan merokok. Dalam sebuah penelitian yang
dipresentasikan oleh Dr Simone Carbonnelle, dari toksikologi industri
dan unit obat kerja di Catholic University of Louvain di Brussels,
226 anak-anak sekolah yang sehat, usia rata-rata 10, diikuti untuk
menentukan berapa banyak waktu yang mereka habiskan di sekitar kolam
renang indoor dan kondisi epitel paru-paru mereka. Anak-anak dalam
penelitian Dr Carbonnelle menikmati berenang outdoor sekitar 1,8
jam/minggu.
Tingkat permeabilitas paru ini sama dengan pengalaman orang perokok
berat. Dalam temuan ini menunjukan bahwa peningkatan paparan
desinfektan berbasis klorin yang digunakan dalam kolam renang dan
produk turunannya dapat menjadi faktor risiko tak terduga dalam
meningkatnya insiden asma dan penyakit alergi pada
anak-anak.Anak-anak yang diuji berusia 10 tahun dan penelitian
dilakukan tahun 2006.
Jumlah penderita asthma diseluruh dunia sekitar 150 juta dalam
25tahun terakhir. Sebuah studi awal tahun ini menemukan bahwa klorin
dalam air minum menggandakan risiko cacat lahir. Klorin dapat
menyebabkan kulit iritasi dan sinus, dan dapat menyebabkan hilangnya
berat badan pada organ tubuh dan bersifat karsinogenik.
Para peneliti melaporkan penyerapan rata-rata kloroform 25,8 [mikro]
g / jam untuk perenang saat istirahat dan 176,8 [mikro] g / jam
setelah 1 jam berenang. Penelitian lain mencatat bahwa pernafasan
merupakan rute penting paparan yang juga dipengaruhi oleh berbagai
faktor termasuk jumlah perenang, turbulensi, dan tingkat pernapasan.
Yang berarti bahwa untuk atlet, risiko terpapar di air secara
signifikan lebih tinggi daripada yang dari perenang biasa.
Bagaimana solusinya?
Tidak mungkin juga ibu/ayah melarang anak berenang sementara berenang
juga merupakan olahragayang bagus. Ada sedikit solusi yang bisa
dilakukan, diantaranya:
- Kalau bisa, hindari berenang lebih dari 2 jam perminggu.
- Carilah kolam renang dengan teknologi ozon dan ultraviolet untuk membunuh bakteri, walau dengan harga yang sedikit lebih mahal tentunya
- Mencari kolam renang yang kandungannya garam, bukan klorin
- Berhenti berenang ditempat umum jika sudah merasakan tidak enak, misalnya batuk atau sesak nafas
jon barron, about.com dan medscape.net