Pages

Search This Blog

Thursday, July 17, 2014

Alkohol dan Otak Kita

Alkohol dan otak kita. Sudah banyak dokter memperingatkan agar kita tidak mengkonsumsi alkohol terlalu berlebihan, karena lebih banyak buruknya dari sisi kesehatan juga sosial. Kecanduan alkohol bisa dikaitkan dengan kekerasan dalam rumahtangga, resikokecelakaan saat berkendara, hipertensi, kerusakan liver, kanker perut. Penggunaan alkohol berlebihan kronis dapat mendatangkan malapetaka tertentu pada otak, meningkatkan risiko untuk demensia, stroke dan gangguan psikososial. Walau begitu, konsumsi masih dalam dosis ringan sampai sedang (1gelas/hari untuk wanita dan 2 gelas/hari untuk pria) masih dikatakan bermanfaat.
Hubungan kesehatan antara alkohol dan otak bersifat kompleks. Sejumlah studi menyatakan bahwa konsumsi ringan sampai moderat masih baik untuk kardiovaskular karena efek alkohol dan juga adanya antioksidan polifenol. Anggur merah dilaporkan memiliki manfaat yang paling bagus, sedangkan bir, terutama dark beer misalnya stouts dan porter juga telah diakui manfaat kardiovaskular, meskipun untuk tingkat yang lebih rendah. Secara khusus, konsumsi alkohol dilaporkan memiliki efek antiatherogenic dan anti inflamasi dan telah dikaitkan dengan perbaikan profil kolesterol, platelet/keping darah,fungsi pembekuan dan sensitivitas insulin, semua faktor dengan konsekuensi neurologis yang berpotensi menguntungkan. Konsumsi alkohol rendah sampai sedang juga telah dikaitkan dengan rendahnya risiko untuk stroke iskemik dan hemoragik. Namun, konsumsi berat dikaitkan dengan peningkatan risiko stroke hemoragik dan peristiwa cerebral iskemik lebih parah.
Penggunaan alkohol tidak tinggi juga telah dikaitkan dengan risiko demensia lebih rendah, kebalikan jika konsumsi alkoholnya berat. Sebuah studi yang diterbitkan dalam Neurology pada Januari 2014 menemukan bahwa pria paruh baya yang minum lebih dari 2,5 gelas setiap hari lebih mungkin untuk mengalami penurunan lebih kognitif lebih cepat selama 10 tahun. Penelitian pada hewan menunjukkan bahwa minyak ikan dapat melindungi terhadap demensia yang dipengaruhi alkohol dengan pelemahan degenerasi saraf yang disebabkan oleh penggunaan alkohol berat.
Sebuah penelitian di Swedia yang diterbitkan di JAMA Internal Medicine di Agustus 2013 melaporkan bahwa di antara 9 faktor yang diidentifikasi sebagai faktor risiko untuk demensia usia muda yang paling nyata adalah keracunan alkohol. Temuan ganda ini mengkhawatirkan terkait dengan temuan yang dipublikasikan dalam Archives of General Psychiatry pada tahun 2012 menunjukkan bahwa kebanyakan kasus alkohol dan penyalahgunaan obat dimulai pada masa remaja. Para peneliti menulis bahwa pola-pola alkohol dan penggunaan narkoba yang muncul selama masa remaja semakin diakui sebagai faktor penentu penting dari perilaku penggunaan narkoba dan gangguan yang berkaitan di kemudian hari. Temuan MRI dari tahun 2012 menemukan bahwa anak-anak yang ibunya minum berat selama kehamilan mengalami penurunan plastisitas otak dibandingkan dengan anak-anak yang ibunya tidak minum.
Tidak hanya populasi tertentu dengan penyakit mental yang lebih mungkin untuk mengalami penyalahgunaan alkohol dan obat-obatan lainnya, pengguna alkohol yang berlebihan dapat menderita patologi kejiwaan dengan hampir sepertiga dari pelaku menderita penyakit mental. Alkohol dikenal memiliki konsekuensi psikososial yang cukup berat, termasuk peningkatan risiko untuk masalah hukum, kerusakan sosial, pekerjaan, kekerasan dalam rumah tangga dan kemungkinan lebih tinggi untuk mencoba bunuh diri. Terlalu berlebihan juga dapat membawa gejala yang menyerupai berbagai kondisi kejiwaan termasuk perubahan suasana hati, kecemasan, psikotik, gangguan tidur serta seks, mengigau dan gangguan amnestik. Manifestasi alkohol dimediasi oleh pengaruhnya terhadap fungsi neurotransmitter, terutama hilangnya fungsi serotonergik. Sebuah penelitian yang diterbitkan dalam Alcoholism pada tahun 2012 menemukan bahwa wanita jauh lebih rentan terhadap ketidakseimbangan serotonergik yang disebabkan oleh minum keras daripada laki-laki.
Menurut ilmu syaraf, Seperti kebanyakan penyalahgunaan obat, alkohol menghasilkan peningkatan dopamin di jalur mesocorticolimbic yang tidak seimbang. Dalam peminum pertemanan, keracunan terjadi selama masuknya etanol dalam intravena menghasilkan pengaktifan sirkuit, termasuk nucleus accumbens. Aktivasi ini memberikan masukan pengalaman subjektif kesenangan dan melemahkan respon terhadap rangsangan menakutkan. Peminum berat menunjukkan aktivasi nukleus accumbens tumpul dengan konsumsi alkohol, menunjukkan mengalami penurunan respon kesenangan. Dalam peminum sosial/pertemanan, alkohol juga meningkatkan aktivasi inti accumbens untuk pilihan berisiko dan mengimbangi respon di striatum, thalamus dan insula pada hasil positif dan negatif. Dengan demikian, perilaku berisiko mungkin dialami di bawah pengaruh alkohol, sedangkan konsekuensi kurang penting.
Alkohol memiliki interaksi yang kompleks, baik akut dan kronis, dengan banyak sistem otak yang bervariasi dengan usia dan genetik peminum. Dalam dosis sedamg, alkohol dapat menguntungkan otak. Namun, psikiatri, neurologi, dan biaya medis lainnya melarang konsumsi yang berlebihan. Jadi, jika masih suka minum alkohol, jangan terlalu banyak. Semua yang berlebihan pada dasarnya tidak baik, bukan??
Medscape

Cara Alami Supaya Kadar Glutathione Tetap Tinggi

Glutathione, antioksidan yang terdapat di dalam tubuh, tugasnya menurunkan radikal bebas yang menyebabkan stres oksidatif, merusak sel tu...