Alkohol dan otak kita. Sudah banyak
dokter memperingatkan agar kita tidak mengkonsumsi alkohol terlalu
berlebihan, karena lebih banyak buruknya dari sisi kesehatan juga
sosial. Kecanduan alkohol bisa dikaitkan dengan kekerasan dalam
rumahtangga, resikokecelakaan saat berkendara, hipertensi, kerusakan
liver, kanker perut. Penggunaan
alkohol berlebihan kronis dapat mendatangkan malapetaka tertentu pada
otak, meningkatkan risiko untuk demensia, stroke dan gangguan
psikososial. Walau begitu, konsumsi masih dalam dosis ringan sampai
sedang (1gelas/hari untuk wanita dan 2 gelas/hari untuk pria) masih
dikatakan bermanfaat.
Hubungan kesehatan antara alkohol
dan otak bersifat kompleks. Sejumlah studi menyatakan bahwa konsumsi
ringan sampai moderat masih baik untuk kardiovaskular karena efek
alkohol dan juga adanya antioksidan polifenol. Anggur
merah dilaporkan memiliki manfaat yang paling bagus, sedangkan bir,
terutama dark
beer
misalnya stouts dan porter juga telah diakui manfaat kardiovaskular,
meskipun untuk tingkat yang lebih rendah. Secara khusus, konsumsi
alkohol dilaporkan memiliki efek antiatherogenic dan anti inflamasi
dan telah dikaitkan dengan perbaikan profil kolesterol,
platelet/keping darah,fungsi pembekuan dan sensitivitas insulin,
semua faktor dengan konsekuensi neurologis yang berpotensi
menguntungkan. Konsumsi alkohol rendah sampai sedang juga telah
dikaitkan dengan rendahnya risiko untuk stroke iskemik dan hemoragik.
Namun, konsumsi berat dikaitkan dengan peningkatan risiko stroke
hemoragik dan peristiwa cerebral iskemik lebih parah.
Penggunaan
alkohol tidak tinggi juga telah dikaitkan dengan risiko demensia
lebih
rendah, kebalikan jika konsumsi alkoholnya berat. Sebuah
studi yang diterbitkan dalam Neurology pada Januari 2014 menemukan
bahwa pria paruh baya yang minum lebih dari 2,5 gelas setiap hari
lebih mungkin untuk mengalami penurunan lebih kognitif lebih cepat
selama 10 tahun. Penelitian pada hewan menunjukkan bahwa minyak ikan
dapat melindungi terhadap demensia yang dipengaruhi alkohol dengan
pelemahan degenerasi saraf yang disebabkan oleh penggunaan alkohol
berat.
Sebuah
penelitian di Swedia yang diterbitkan di JAMA Internal Medicine di
Agustus 2013 melaporkan bahwa di antara 9 faktor yang diidentifikasi
sebagai faktor risiko untuk demensia usia muda yang paling nyata
adalah keracunan alkohol.
Temuan
ganda ini mengkhawatirkan terkait dengan temuan yang dipublikasikan
dalam Archives of General Psychiatry pada tahun 2012 menunjukkan
bahwa kebanyakan kasus alkohol dan penyalahgunaan obat dimulai pada
masa remaja. Para peneliti menulis bahwa pola-pola alkohol dan
penggunaan narkoba yang muncul selama masa remaja semakin diakui
sebagai faktor penentu penting dari perilaku penggunaan narkoba dan
gangguan yang berkaitan di kemudian hari. Temuan MRI dari tahun 2012
menemukan bahwa anak-anak yang ibunya minum berat selama kehamilan
mengalami penurunan plastisitas otak dibandingkan dengan anak-anak
yang ibunya tidak minum.
Tidak hanya
populasi tertentu dengan penyakit mental yang lebih mungkin untuk
mengalami penyalahgunaan alkohol dan obat-obatan lainnya, pengguna
alkohol yang berlebihan dapat menderita patologi kejiwaan dengan
hampir sepertiga dari pelaku menderita penyakit mental. Alkohol
dikenal memiliki konsekuensi psikososial yang cukup berat, termasuk
peningkatan risiko untuk masalah hukum, kerusakan sosial, pekerjaan,
kekerasan dalam rumah tangga dan kemungkinan lebih tinggi untuk
mencoba bunuh diri. Terlalu berlebihan juga dapat membawa gejala yang
menyerupai berbagai kondisi kejiwaan termasuk perubahan suasana hati,
kecemasan, psikotik, gangguan tidur serta seks, mengigau dan gangguan
amnestik. Manifestasi alkohol dimediasi oleh pengaruhnya terhadap
fungsi neurotransmitter, terutama hilangnya fungsi serotonergik.
Sebuah penelitian yang diterbitkan dalam Alcoholism pada tahun 2012
menemukan bahwa wanita jauh lebih rentan terhadap ketidakseimbangan
serotonergik yang disebabkan oleh minum keras daripada laki-laki.
Menurut ilmu
syaraf, Seperti kebanyakan
penyalahgunaan obat, alkohol menghasilkan peningkatan dopamin di
jalur mesocorticolimbic yang tidak seimbang. Dalam peminum
pertemanan, keracunan terjadi selama masuknya etanol dalam intravena
menghasilkan pengaktifan sirkuit, termasuk nucleus accumbens.
Aktivasi ini memberikan masukan pengalaman subjektif kesenangan dan
melemahkan respon terhadap rangsangan menakutkan. Peminum berat
menunjukkan aktivasi nukleus accumbens tumpul dengan konsumsi
alkohol, menunjukkan mengalami penurunan respon kesenangan. Dalam
peminum sosial/pertemanan, alkohol juga meningkatkan aktivasi inti
accumbens untuk pilihan berisiko dan mengimbangi respon di striatum,
thalamus dan insula pada hasil positif dan negatif. Dengan demikian,
perilaku berisiko mungkin dialami di bawah pengaruh alkohol,
sedangkan konsekuensi kurang penting.
Alkohol
memiliki interaksi yang kompleks, baik akut dan kronis, dengan banyak
sistem otak yang bervariasi dengan usia dan genetik peminum. Dalam
dosis sedamg, alkohol dapat menguntungkan otak. Namun, psikiatri,
neurologi, dan biaya medis lainnya melarang konsumsi yang berlebihan.
Jadi, jika masih suka minum alkohol, jangan terlalu banyak. Semua
yang berlebihan pada dasarnya tidak baik, bukan??
Medscape