rangtua
pastinya senang melihat anak-anaknya tumbuh sehat, ceria,pintar dan
bahagia. Tetapi seiring dengan perkembangan waktu, menjadi cukup
pintar dan cerdas individual saja tidaklah cukup. Dahulu kita
mengenal bahwa dengan IQ (Intelligent Quotient) tinggi maka suatu
saat anak akan sukses. Ternyata tidak juga. Maka muncullah teori EQ
atau Emotional Quotient, dimana orang diajak menaruh simpati dan
empati terhadap segala peristiwa. Lalu yang terakhir berkembang teori
ESQ (Emotional Spiritual Quotient), bahkan sampai ada trainingnya
segala dan ramai dikunjungi mulai dari anak-anak sampai dengan orang
dewasa. Sedangkan kita mengetahui bahwa kebahagiaan tidak hanya
mencakup berupa materi saja, tetapi juga pendewasaan mental yang akan
mengarah pada kesehatan jiwa.
Istilah
ESQ bisa dimasukkan dalam kesalehan sosial. Definisi ini sebenarnya
sudah lama disusun di dunia barat melalui program-program
pengembangan masyarakat yang berbasis moral dan lingkungan positif
untuk membangun masyarakat setempat. Rasulullah SAW bersabda
“Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan Akhlaq”,
hadist inilah yang kita bisa gunakan sebagai dasar kesalehan sosial.
Bulan
puasa yang bertepatan pula dengan Hari Anak Nasional 23 Juli dapat
menjadi ajang penting bagi orangtua untuk melatih kesalehan sosial.
Semua individu sangat terikat dengan individu lain, manusia adalah
mahluk sosial. Penanaman ibadah pribadi dapat menjadi pendekatan
sosial yang baik untuk anak, dimulai dari yang mendasar lalu kemudian
masuk ke dalam tataran sosial. Apa saja yang bisa menjadi jalan bagi
kesalehan sosial anak?
- Sholat. Kita mengenal ayat “Sholat itu mencegah dari perbuatan keji dan mungkar”, implikasinya minimal adalah mencegah kemungkaran/kerusakan pada diri sendiri dulu, lalu anak akan berusaha berfikir bahwa dia tidak sebaiknya membuat kerusakan untuk orang lain. Kerusakan apa yang bisa diperbuat anak untuk dirinya sendiri disaat ini? Jaman sekarang, anak sudah bisa terjebak kenakalan, misalnya membuka situs internet porno, narkoba, bullying kepada sesama. Diharapkan dengan penanaman rajin ibadah pribadi maka akan terhindar perbuatan buruk untuk pribadi. Sholat yang tepat waktu pun mendidik anak untuk disiplin dalam tugas tugasnya.
- Zakat, infaq dan shadaqah. Tiga hal ini bisa sebagai pilar dasar untuk membantu hal-hal kecil dilingkungan sekitar seputaran bulan ramadhan. Zakat biasanya bisa langsung diberikan kepada fakir miskin berupa makanan pokok, begitu juga dengan infaq dan shadaqah. Orangtua bisa memberikan anak kesempatan untuk langsung membagi zakatnya kepada yang membutuhkan dengan didampingi atau juga ketika melakukan shalat tarawih meminta anak untuk menaruh uang infaq untuk masjid dan anak yatim. Begitu juga misalnya ketika Anda mempunyai makanan untuk berbuka, anda bisa meminta anak anda mengantarkannya ke tetangga. Dengan begitu, anak diharapkan menjadi mahluk yang tidak pelit, murah hati dan peka terhadap sekeliling.
- Kebiasaan-kebiasaan baik lain. Misalnya belajar membantu pekerjaan rumahtangga orangtua, tepat waktu dalam mengerjakan PR, tidak berbohong, dan sebagainya
Dari
tiga itu saja.. bagaimana kita memandang manfaatnya?Manfaat yang
terbaik adalah diteruskan tidak dalam puasa saja, tetapi kontinyu
dalam bentuk kegiatan lain yang juga sifatnya tidak merusak, misalnya
mengadakan bazaar buku murah, membantu menanam pohon (go green),
tidak membuang sampah sembarangan, dan sebagainya. Menjadi tugas
orangtua untuk menjadikan anak sehat mental dan sosial, mendukung
perkembangan dan kemandirian potensi anak.
Dari
berbagai sumber