Suka
yogurt? Anda beruntung sekali jika suka minum yang berasal dari
yogurt, karena yogurt ternyata sangat bermanfaat bagi peningkatan
aktivitas otak dan mengurangi depresi serta stress pada otak.
Penelitian ini dilakukan di Oppenheimer Family Center for
Neurobiology of Stress, David Geffen School of Medicine, University
of California Los Angeles yang dipublikasikan oleh the June issue of
Gastroenterology dan dikutip oleh Medscape news.
Penelitian
ini sebenarnya berhubungan dengan prebiotik yang sangat bermanfaat
mendorong aktivitas di otak. Peneliti menemukan
bahwa wanita yang rutin mengonsumsi probiotik yang mengandung yoghurt
menunjukkan perubahan aktivitas daerah otak yang mengontrol pusat
pengolahan emosi dan sensasi. Studi ini didanai oleh Danone Research.
"Studi ini unik karena merupakan yang pertama
untuk menunjukkan interaksi antara probiotik dan otak pada manusia,"
penulis Kirsten Tillisch, MD, associate professor, Oppenheimer Family
Center for Neurobiology of Stress, David Geffen School of Medicine,
University of California Los Angeles, seperti diberitakan oleh
Medscape Medical News.
Penelitian ini sifatnya masih terus bisa dilanjutkan, sampai pada
studi tentang hubungan yogurt dengan beberapa penyakit misalnya
irritable bowel syndrome (sindrom iritasi usus) dan
kecemasan/depresi. Menurut pemaparan John Cryan, PhD, Profesor dan
Kepala the Department of Anatomy and Neuroscience, University College
Cork, Ireland, studi ini dianggap sangat penting karena sampai
sekarang sebagian besar terdapat bukti bahwa mikrobiota pada usus
sangat mempengaruhi otak dan perilaku yang muncul kemudian, walau
studi dilakukan pada tikus, termasuk bisa mempengaruhi pribadi
manusia (Bravo et al., PNAS 2011)
Studi ini melibatkan 36 wanita sehat tanpa gejala
gastrointestinal/masalah usus atau gangguan kejiwaan. Dua kali
sehari selama 4 minggu, 12 wanita makan produk yoghurt fermentasi
yang mengandung Bifidobacterium animalis subsp Lactis, Streptococcus
thermophiles, Lactobacillus bulgaricus dan Lactococcus lactis subsp
Lactis; 11 wanita makan produk susu non fermentasi (kontrol), dan 13
tidak ada intervensi.
Medscape